google376dd0c736f65c61.html jejak tersamar: Semalam di Malaka (Perjalanan ke Malaka)

Selasa, 20 Agustus 2013

Semalam di Malaka (Perjalanan ke Malaka)


Penghujung tahun 2010 niat saya beserta istri untuk ke Malaka kesampaian juga. Buat. Malaka, Melaka atau Malacca sebuah kota pesisir yang terletak di Simenanjung Malaka, Malaysia. Tujuan kami ke Malaka selain untuk suatu keperluan pribadi sekaligus untuk melancong.
Harus diakui tujuan melancong rasanya lebih kuat, sebagai awam kebanggaan juga bisa keluar negeri, bagaimanapun ke Malaysia berarti juga ke luar negeri, beda dibanding kalau ke Jakarta misalnya, walaupun secara geografis letak semenanjung Malaka dari kota Jambi tempat tinggal kami lebih dekat dibanding Jakarta.

Kami berangkat dengan bekal Ringgit Malaysia (MYR) yang kami beli dari money changer di Jambi dan info tentang perjalanan ke Malaysia baik dari surfing internet dan informasi teman yang pernah ke Malaka, dan tentu saja Paspor

Sebenarnya ada beberapa pilihan route perjalanan dari Jambi untuk sampai ke Malaka :
  1. Pakai pesawat ke Kuala Lumpur via Jakarta, kemudian pakai Bus ke Malaka, rute ini tentu membutuhkan biaya yang cukup besar.
  2. Pakai mobil travel ke Dumai, via Pekanbaru, kemudian dari Dumai menggunakan kapal Ferry (seperti speedboat ukuran besar) ke Malaka, rute ini relatif paling murah tetapi membutuhkan perjalanan darat yang lama (sekitar 16 jam) dan cukup membuat badan pegal2.
  3. Menggunakan pesawat ke Batam, dari Batam naik Ferry ke Johor Bahru, kemudian dari Johor Bahru naik Bus ke Malaka
  4. Naik mobil travel ke Pekanbaru, kemudian pakai pesawat ke Malaka
Untuk keberangkatan kami yang pertama kami pakai pilihan yang ke-tiga, selain relatif murah, cepat juga cukup mengasyikan.
Singkat cerita pengalaman perjalanan kami seperti berikut :

Kamis 25 November 2010, setelah mengalami delay sekitar 3 jam karena cuaca saat itu sedang hujan badai, sekitar pukul 14.00 wib, akhirnya pesawat Sriwijaya Air menerbangkan kami ke Batam mendarat di Bandara Sulatan Thaha Jambi, hanya butuh waktu sekitar 45 menit untuk sampai di Bandara Hang Nadim, Batam

Setelah sholat di bandara, makan di counter yang ada di Bandara, kami buru2 cari taksi dengan tujuan Batam Centre (terminal Ferry ke Malaysia dan Singapura). Dari obrolan dengan supir taksi baru kami tahu kalau kapal boat ke Johor Bahru Malaysia terakhir pul 17.30 sementara saat itu jam menunjukan pukul 16.45, harap-harap cemas juga karena kami belum beli tiket ferry !, atas saran sopir taksi akhirnya kami beli tiket fery di agen tiket di Jalan menuju Batam Centre, harga tiket untuk 1 orang sekirat Rp.200.000. Ada dua pilihan jadwal keberangkatan yaitu pukul 17.15 dan 17.45, agak dilematis, karena takut kemalaman di Malaka akhirnya kami beli yang 17.15, dengan perhitungan butuh waktu maksimum 15 menit ke Batam Centre.

rute ferry Batam Centre - Stulang Laut
 
Sesampai di Batam Centre timbul masalah baru, ternyata kami terlambat !, walaupun saat itu pas pukul 17.15 tetapi proses “boarding” dan urusan keimigrasian penumpang untuk keberangkatan 17.15 sudah ditutup 10 menit yang lalu. Alamat tiket yang kami beli “hangus”. Melihat gelagat kami seseorang calo menawarkan jasa, untuk menukar tiket yang sudah kami beli dengan tiket baru untuk keberangkatan pukul 17.45. tetapi kami harus menambah uang Rp.300.000,- untuk dua tiket, ditengah kebingungan kami menyetujuainya, pikir2 lumayanlah “hemat” Rp.100.000 dibanding beli tiket baru. 

Salah satu kapal ferry
 
Proses selanjutnya, langsung ke bagian fiscal, tak ada biaya fiskal di pos ini, trus ke pemeriksaan passport dan boarding, ikut antrian panjang termasuk dengan penumpang tujuan Singapore.
Kapal berangkat pukul 18.10. dan sampai di Pelabuhan Stulang Laut. Johor Bahru Malaysia, di Pelabuhan Stulang Laut kembali melewati Checkpoint Imigrasi, disini kami ditanyain : “awak nak ke mane..keje ker” (tujuan kemana, mau kerja?) walau dengan logat malaysia yg kedengaran lucu tapi tetap saja bikin gak nyaman karena nadanya seperti diintrogasi saja, apa standar ke imigrasian seperti itu ya.

 
Keluar dari Pelabuhan Stulang Laut
 
Keluar dari pemeriksaan langsung didatangi calo yang menawarkan jasa taksi, sesuai saran teman sebelumnya kami jalan keluar areal pelabuhan dan mencari tempat taksi ngetem karena biasanya lebih murah. Dari Pelabuhan Stulang Laut hanya sekitar 15 menit ke Terminal Bus Larkin di Johor Bahru dangan ongkos taksi RM 15 (15 ringgit), kurs 1 1 ringgit Malaysia terhadap Rupiah saat itu sekitar 3000 rupiah.

Dalam perjalanan ke terminal Larkin, kesan bahwa Malaysia negara yang lebih maju dari kita sudah mulai terihat, jalan-jalan begitu bersih, lebar, mulus, dan taman – taman kota tertata asri. Waktu menunjukan pukul 07.00 wib ketika sampai Terminal larkin, berarti pukul 08.00 waktu setempat, kami harus putar arloji 1 jam lebih cepat, karena waktu di semanunjung Malaysia sama dengan waktu Indonesia bagian tengah.

sebagian Malaysia bagian barat
 
Sampai di pintu masuk terminal Larkin kami sudah “dijemput” calo berbadan tambun berkulit hitam, nanyain “mau ke ki el ? (KL = Kuala Lumpur), kami terus jalan sambil cuek, takut “dimakan” karena kelihatan kalau orang baru, sambil membuntuti calo tersebut terus mengulang pertanyaanya, akhirnya saya jawab juga “mau ke Malaka cik”... “ Itu nak saye tanye..! katanya sambil bersungut ngeloyor pergi , tapi lucu juga dengar logatnya. Lega juga, dalam hati benar juga calo disini gak segalak calo di Indonesia. Setelah cari “Tandas Awam” (istilah WC umum disana) dan sedikit beli makanan ringan kemudian cari loket tujuan Malaka.

Sekitar 15 menit saja kami sudah berada dalam bus yang siap berangkat ke Malaka, Ongkos bus 1 orang dari Johor Bahru ke Malaka saat itu hanya MYR 20 (sekitar 60 ribu rupiah), dengan jarak tempuh sekitar 3 jam dan dengan bus yang bagus, lapang dengan posisi tempat duduk 2 1 (3 kursi per baris) ongkos segitu terasa murah. Ternyata bus pun hanya terisi sepertiganya saja. Kalau dipikir apa perusahaan bis bisa untung ya dengan tarif dan penumpang segitu.

Tak banyak yang bisa dilihat dalam perjalan karena memang sudah malam, tapi yang saya ketahui bus melalui jalan tol yang rapih dan lancar. Jam 11 malam bus sampai di terminal bus Central Malaka, saat itu masih cukup ramai, gak ada calo dan yang jelas gak ada kesan “angker” diterminal ini. Dari terminal kami menuju Hotel Trend dengan taksi dengan biaya MYR 20, supir taksi cukup ramah, dia banyak cerita tentang malaka, dan tempat kuliner yang direkomendasikanya yaitu rumah makan asam pedas, masakan tradisional Malaysia yang dirasa cocok dilidah kami yang mempynai “lidah melayu”.

salah satu jalan utama di kota Malaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar